-->

PEMERIKSAAN DAGING,PEMOTONGAN AYAM,RUMAH POTONG HEWAN

BAB I
PENDAHULUAN

Di Indonesia perkembangan populasi penduduk terus mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut membuat semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan makannan yang sehat dan bergizi. Bahan makanan tersebut salah satunya daging dan telur yang mempunyai kandungan protein hewani yang sangat penting untuk pertumbuhan. Selain itu daging juga mengandung air, energi, mineral, lemak, dan vitamin serta rasa dan aroma yang enak, sehingga disukai oleh semua orang. 
Telur merupakan sumber protein yang menarik untuk dikembangkan. Jika dilihat dari angka permintaan pasar telur merupakan sumber protein hewani yang paling banyak di minati oleh pasar domestik terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Yang menjadi alasan mendasar dikarenakan telur merupakan sumber protein yang secara kulaitas juga bermutu tetapi mempunyai harga yang terjangkau sehinga dapat di konsumsi oleh masyarakat umum.
   Tingginya permintaan akan sumber protein hewani yang sehat dan bergizi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang mencukupi, memaksa industri peternakan Indonesia untuk meningktakan produksinya. Dalam rangka pemenuhan tuntutan kualitas produksi peternakan, maka diperlukan standarisai pakan, bibit, produk peternakan dan kesehatan hewan. Penerapan ketentuan pemotongan dan pengolah proses yang sesuai dengan persyaratan dalam negeri maupun eksport. Pemerintah sebagai badan kontrol telah mengeluarkan peraturan pemeerintah PP No. 22/1983 tentang KESMAVET dan keputusan mentri pertanian mengenai pemotongan hewan dikaitkan dengan pengolahan daging.
   Sehingga dengan pemeriksaan dan pengawasan daging yang baik diharapkan daging benar-benar layak untuk dikonsumsi, sehat, baik dan halal. Selain itu dengan pemeriksaan daging, maka masyarakat akan terlindungi dari penyakit yang disebabkan dari makan daging yang tidak sehat, pemalsuan daging dapat dicegah, konsumen tidak membeli daging yang bermutu rendah (inferior), selain itu juga ternak terlindungi dari penyakit.






















BAB II
ACARA I
PEMERIKSAAN DAGING

I. Tujuan Praktikum
       - melindungi masyarakat dari penyakit yang disebabkan oleh makanan daging tidak 
          sehat
       - Mencegah pemalsuan daging
       - Mencegah Konsumen membeli daging yang inferior
       - Melindungi ternak dari penyakit

II. Tinjauan Pustaka
       a. Pengertian daging menurut SNI
       Bagian – bagian hewan yang disembelih serta lazim dan layak dikonsumsi manusia. Daging dapat dibedakan menjadi :
       - Daging segar : daging yang baru disembelih tanpa mengalami pelakuan apapun.
       - Daging segar dingin : daging yang mengalami proses pendinginan setelah pemotongan hingga suhu bagian dalam daging 0-70 C.
       - Daging beku : daging yang mengalami proses pembekuan pada suhu dibawah – 160C.
       b. Karkas menurut SNI
            Seluruh, setengah, atau seperempat bagian dari hewan potong sehat yang disembelih setelah pemisahan kepala, kaki sampai karpus dan tarsus serta ekor. Pengulitan pada babi pergerakan bulu serta setelah pengeluaran rongga perut dan dada.
       c. Perbedaan Karkas sapi dengan karkas hewan lain
       - Karkas daging sapi tidak termasuk kulit sedangkan babi kulit yang termasuk dalam karkas.
       - jeroan pada sapi tidak termasuk karkas sedangkan pada babi ada sebagian yang termasuk karkas.
       - Pada sapi, karkas diklasifikasikan berdasar umur dan jenis kelamin sedang pada unggas tidak.
       - Klasifikasi pemotongan karkas lebih luas dibandingkan hewan lain.
       d. Proses Perubahan otot menjadi daging
1. Homeostatis
       Usaha mempertahankan lingkungan dalam yang secara fisiologis seimbang.
2. Exangumasi
       Mempertahankan tekanan darah dan menahan darah yang ada didalam organ-organ vital.
3. Kegagalan sirkulasi otot
       Menyebabkan pengalihan metabolisme energi dan jalan anaerobik menjadi anaerob. Asam laktat tertumpuk karena tidak ada lagi sistem sirkulasi yang menyangkutnya sehinggga menyebabkan penurunan PH.
4. Penurunan PH pasca mati
       Sebagai akibat asam laktat.
e. DFD dan PSE
       - DFD (Dark Firm and Dry)
       DFD adalah sifat daging dimana daging berwarna gelap (dark), liat ( firm) dan kering (Dry). Pada umumnya terjadi pada sapi pada hewan yang telah disebabkan stress sebelum pemotongan.


- Mekanisme kerja
                        Cekaman lama (Stress Kronis)
 


Glikolisis terbatas rentan antara waktu glikolisis anaerobik lebih pendek

PH turun setelah jam pertama pemotongan dan tetap relatif naik

PH akhir 6,5 – 6,7

       DFD

- PSE
       PSE adalah sifat daging dimana daging berwarna pucat, karena keluarnya pigmen myoglobin daging lunak karena dehidrasi protein yang cepat. Berair karena daya ikta air rendah. PSF umumnya terdapat pada daging babi karena penanganan yang menyebabkan stress sebelum pemotongan.




Mekanisme kerja :
Fisiologis + Psikologis

Pucat, lemah, shock, takut

Produksi acethyl cholin

Glikolisis asam laktat

PH turun setelah dipotong, panas tumbuh belum hilang air keluar, myoglobin keluar

f. Pemeriksaan Fisik
       Pemeriksaan fisik daging dilakukan dengan melihat langsung kualitas daging tanpa penambahan reagen. Pemeriksaan ini dapat menunjukan bahwa daging tersebut masih sgar atau tidak dilihat dari penampilan, warna, tekstur, dan konsistensinya. Warna daging disebabkan oleh pigmen myoglobin yang berikatan dengan Ca. Tekstur dan konsistensinya ditentukan oleh protein-protein penyusunannya. Banyak hal yang mempengaruhi hal ini antara lain, pakan, umur, spesies, stress, PH dsb. Ciri daging sehat secara spesifik tidak berbau menyengat, tidak berbau amis dan tidak berbau busuk.

g. Pengujian daging di Laboratorium
       1. Uji ekor
       Tujuan : Mengetahui awal pembusukan daging
       Prinsip : NH3 yang terbentuk dalam sepotong daging pada permulaan pembusukan dibuktikan dengan reagen eber.
       2. Uji Postma
       Tujuan : Mengetahui Pemulaan pembusukan daging
       Prinsip : NH3 yang keluar sebagai zat bebas, berikatan dengan beberapa zat dalam sepotong daging. MgO yang digunakan untuk membebaskan NH3 yang kemudian dibuktikan dengan kertas lakmus.
       3. Uji H2S
       Tujuan : Mengetahui awal pembusukan daging
       Prinsip : H2S yang dihasilkan oelh bakteri yang dialami daging pada awal pembusukan aka ditangkap (CH3COOH) Pb menjadi PbS.
       4. Uji Borak
       Tujuan : mendeteksi kandungan asam boraks dalam makanan
       Prinsip : Dalam rimpang kunyit mengandung asam astiri kurkumin yang merupakan indikator bagi Natrium boraks dan asam boraks yang memberi warna orange.
       5. Uji Durante
       Tujuan : Menguji bangkai dan daging segar
       Prinsip : ME berkompetensi dengan Hb karea afinitas Hb lebih tinggi. Maka Hb berikatan dengan Co dan H2O2.

h. Proses pembusukan daging
       - Kontraksi : reaksi dari otot yang menyebabkan otot tersebut menjadi pendek.
       - Rigor mortis : peristiwa kekakuan otot setelah mati.
       - Autolysis : penumpukan/ akumulasi asam laktat sehingga terjadi penurunan pH daging dann bakteri tahan asam akan mati akibat asam yang mereka hasilkan sendiri sehingga terbentuk bakteri pembusuk yang lebih tahan asam.
       - Pembusukan : pada tahap ini daging akan membebaskan NH3, terbentuk endapan putih karena daging mengalami pembusukan oleh  mikroorganisme anaerob melalui dekomposisi protein dan asam amino sehingga menghasilkan indol metilamin, NH3 dan H2S.

i. Pigmen warna daging
       Myoglobin merupakan pigmen utama 80 % dari pigmen daging dan berwarna merah keunguan. Myoglobin adalah protein kompleks yang berfungsi membawa oksigen untuk sel kadar myoglobin daging akan mempengaruhi darajat warna daging tsb. Selain myoglobin, haemoglobin juga merupakan pigmen penyusun warna daging. Kedua pigmen tersebut mengandung globin sebagai bagian protein dan gugus hemoglobin terdiri atas sistem (manprfirin dan atom besi pusat).
j. Daging bangkai
       daging bangkai memilki ari :
       - Kulit terdapat bercak merah, berdarah pada kepala dan leher (ayam)
       - Bagian dalam karkas terlihat lebih gelap
       - Bau Anyir
       - Otot-otot melembek
       - Serabut otot berwarna lebih gelap dan berlendir
       - Pembuluh darah dileher penuh darah
       - Berkas tempat pemotongan dileher regangannya kecil dan rata, semakin lama bercak darah menjadi kebiruan.

k. Perbandingan daging sapi, kerbau, kuda, babi, dan ayam
1.    Daging sapi
-   Warna daging merah terang.
-   Berserabut halus dengan sedikit lemak.
-   Konsistensi liat/ kenyal.
-   Bau dan rasa aromatis.
-   Bersih tidak ada darah.
-   Permukaan mengkilat.
2.    Daging Kerbau
-   Warna lebih merah dari daging sapi
-   Serabut otot kasar dan lemaknya berwarna putih
-   Rasanya hampir sama dengan daging sapi
-   Pada umumnya liat, karena umumnya disembelih pada umur tua
3.    Daging kuda
-   Warna daging merah kehitaman hingga kecoklatan, karena pengaruh udara berubah menjadi biru.
-   Serabut otot besar dan panjang, konsisitensi padat, diantara serabut tidak ditemukan lemak.
-   Bau dan rasa sedikit manis.
-   Lemak berwarna kuning emas, dan konsisitensi lembek.
4.    Daging babi
-   Warna daging pucat sehingga merah muda.
-   Serabut halus dengan konsistensi padat dan berbau spesifik.
-   Otot punggung yang mengandung lemak umumnya kelihatan kelabu putih.
-   Pada umur tua daging berwarna lebih tua, sedikit lemak dan serabut kasar.
5.    Daging Ayam
-   Warna daging putih pucat.
-   Bagian otot dada dan otot paha kenyal.
-   Bau agak amis sampai tidak berbau.

III. Materi Dan Metode
       1. Materi
            Alat :
            - Labu Erlenmeyer                               - PH meter
            - Penangas Air                                     - Cawan Petri
            - Mortir                                                            - Pisau / Gunting
            - Saringan                                            - Pinset
            - Kertas Lakmus                                  - Tabung reaksi
            - Kertas kunyit                                     - Sumbat kawat
            - Kertas saring

       Bahan :
            - Daging                                               - MgO
            - Bakso                                                            - HCl pekat
            - Aquades                                            - Reagen Durante
            - Reagen Eber                                      - Pb Asetat





2. Metode

       1. Pemeriksaan fisik
                        a. Warna          : dilihat warnanya
                        b. Bau              : dicium baunya
                        c. Konsistensi  : ditekan / dipegang
                        d. PH               :-  PH meter ditempelkan ke alat pada daging, ditunggu
                                                sampai angka pada alat stabil.
                                                - Kertas PH: tempelkan pada daging, cocokan pada kotak
                                                Standart
      
       2. Pemeriksaan Kimiawi
Pemeriksaan permulaan pembusukan
       a. Reaksi eber untuk NH3
Taruh sepotong daging pada ujung kawat di atas permukaan reagen.

Tuang kira-kira 5 ml reagen eber di dalam tabung dan tutup dengan sumbat karet.
 


Timbul gas NHkeluar dari potongan dagingdan uap HCl.

                                                Terlihat embun NH4Cl.

       b. Reaksi postma untuk NH3
                        Buat ekstrak daging (1 bagian daging dengan 10 bagian air).
 


10 ml ekstrak disaring.

Dimasukan dalam cawan Petri lalu dicampur dengan 100 mg MgO, lalu
                                    cawan ditutup.

Bagian dalam dan luar tutup dilekatkan kertas lakmus merah, tidak boleh  
                        bersentuhan dengan cairan.

Letakan cawan Petri ke atas penangas air atau piring pemanas 50 0C
                                    selama 5   menit.

                                        Kertas lakmus dilihat.

       c. Uji H2S
                  Daging dipotong kecil-kecil, masukan dalam cawan petri.

      Tutup cawan petri dengan kertas saring dan teteskan Pb asetat di tengah-tengah
                                                                  kertas.

                                          Tutup cawan dengan tutupnya.
 


Dijaga tetesan Pb asetat jangan bersentuhan dengan daging, diamkan selama 10 menit.

                  Timbul bercak-bercak coklat/hitam pada kertas lakmus.


       d. Deteksi boraks pada daging bakso
25 gram bakso diblender ditambah aqudest 50 ml lalu disaring,

ekstraknya dimasukan dalam tabung reaksi, dan tambahkan HCl pekat 0,7 ml dan
                                                         divortex.

masukan kertas kunyit ke dalam ekstrak bakso, dan amati adanya perubahan warna.


       e. Uji Malacite Green untuk bangkai
            10 gram daging bangkai  diblender ditambah  10 ml aquadest dibuat ekstrak
 


       kemudian ambil 1 ml, masukan dalam tabung reaksi, lalu tetesi dengan 1 tetes Mg
                                    0,1% ditambah  1 tetes H2O2  12%.

Diamkan  20 menit, lalu ditetesi PK 0,3% 1 tetes.

                                    Amati terjadinya perubahan warna.

IV. Hasil Praktikum    
No.
Jenis Daging
Asal Daging
Jam Pemotongan
Jam Pemeriksaan
1
2
3
4
5
Kambing
Kuda
Sapi
Babi
Ayam
Colombo
Goroyoso
Bantul
Klaten
Melati
16.00
07.00
15.00
15.00
08.00



14.00

Fisik à Babi
 - Warna : merah pucat
- Bau : Bau khas
- PH : 7,5
- Konsistensi : Kenyal

- Uji Eber : (+) embun
- Uji Postma : (+) Lakmus merah menjadi biru
- Uji H2S : (-) tidak ada bercak



No.
Bahan dan Uji
Interpretasi
Keterangan
1

2
Bakso
(uji deteksi boraks)
Bakso
(uji malachit green)
(-) kertas lakmus tetap berwarna kuning
-   (-) daging non bangkai : biru
-   (+) daging bangkai : hijau keruh
Tidak mengandung boraks
-    non bangkai : perdarahan sempurna
-    bangkai : perdarahan tidak sempurna


V. Pembahasan
       A. Pemeriksaan daging
Pada pemeriksaan fisik daging kambing, kuda, sapi, babi, dan ayam didapatkan warna yang berbeda pada tiap spesies. Daging kambing berwarna merah sedikit pucat, kuda berwarna merah, sapi berwarna merah tua, babi berwarna merah pucat, dan daging ayam berwarna putih pucat. Warna daging yang berbeda dipengaruhi oleh:
a. Kandungan mioglobin yang berbeda pada tiap spesies
b. Adanya H2O2, O2, dan NO2
c. Kandungan ion ferro yang direduksi menjadi ferri
d. Pakan
e. Bakteri Pembusuk                    
Untuk bau daging sangat tercermin dari bau masing-masing spesies. Pada daging babi akan berbau khas babi, begitu pula pada kuda, sapi, kambing, dan ayam.
pH daging normal adalah 7,2. Setelah pelayuan bisa mencapai 5,4-5,6. Penurunan pH tersebut sebagian kompensasi akibat terjadinya asam laktat yang merupakan perubahan post mortem paling signifikan yang terjadi pada perubahan otot menjadi daging.
Konsistensi daging kambing, kuda, sapi, babi, dan ayam normalnya adalah kenyal. Hal ini dipengaruhi oleh indikator inosin dan hipoksantin dimana terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan daging kenyal bahkan lembek karena adanya proses autolisis dan selanjutnya daging mengalami pembusukan. Jika konsistensi keras atau rapuh berarti ada ketidak normalan pada daging tersebut.
Pemeriksaan pembusukan pada daging uji eber pada babi (+). Pada uji eber prinsipnya adalah mengetahui adanya NH3 yang dihasilkan oleh daging yang mulai membusuk dengan menggunakan reagen eber yang terdiri dari 1 bagian HCl, 3 bagian Alkohol 96%, dan 1 bagian Eter. Jika (+) ditunjukkan oleh adanya embun NH4Cl menempel pada tabung, berarti menunjukkan daging mulai mengalami pembusukkan.
Pada uji postma, semua daging menunjukkan. Kertas lakmus berubah warna pada semua daging dimana kertas lakmus berubah menjadi ungu atau biru muda. Perubahan kertas lakmus ini disebabkan karena MgO yang berfungsi untuk membebaskan NH3 dari ikatan akan bereaksi dengan kertas lakmus di dalam cawan petri, sedang kertas lakmus di luar sebagai kontrol. Pelepasan NH3 erat kaitannya dengan terjadinya perubahan dengan glikogen menjadi asam laktat dan berikatan dengan pH daging. Uji ini menunjukkan semua daging mengalami fase pembusukkan.
Pada uji H2s ditemukan hasil yang (-), artinya tidak didapatkan bercak hitam/ coklat pada kertas saring yang diberi Pb sulfida. Namun uji ini kurang peka, sehingga hasil (-) belum tentu daging tersebut tidak mengalami pembusukkan.
Pada deteksi boraks daging bakso menunjukkan hasil (-) karena tidak terjadi perubahan warna pada kertas kunyit. Jika bakso tersebut mengandung boraks maka kertas kunyit akan berubah warna merah orange. Hal ini karena kunyit mengandung minyak atsiri kurkumin yang merupakan indikator bagi matrium tetraboraks dan asam boraks.
Pada uji bangkai dengan Malachit Green dis=gunakan dua daging, yaitu daging ayam bangkai dan bukan bangkai. Pada daging bangkai larutan berubah menjadi hijau keruh, yang menunjukkan adanya pengeluaran darah yang kurang sempurna. Warna hijau dipengaruhi juga dengan adanya hidrogen peroksida, sedangakan daging non bangkai, larutan tetap berwarna biru jernih menunjukkan pengeluaran darang yang sempurna.


VI. Kesimpulan
       1. Semua daging yang di uji sudah mengalami awal pembusukan
       2. Bakso yang diuji tidak mengandung boraks
       3. Uji Durante menunjukan bahwa ayam yang diuji adalah ayam bangkai
       4. Semua daging busuk / berada di awal pembusukan karena pada uji NH3 hasilnya 
           (+), meskipun pada uji H2S (-), tetapi hasil tidak dapat dipercaya.



VII. Daftar Pustaka
       Lawric, R A. 1995. Ilmu Daging Edisi Kelima. Jakarta : UI- Press
       Murtidjo, Bambang Agus. 2007. Sapi potong. Jakarta : Kanisius
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogayakarta : Gadjah Mada University Press
       Standard Nasional Indonesia. 2008. Mutu Karkas dan Daging Sapi. BSNI
       Suryana. 2008. Peluang dan kendala pengembangan itik Serati sebagai penghasil daging. Kalimantan Selatan : Jurnal Litbang Pertanian.
       Yanti, Hafri, dkk. 2008. Kualitas Daging Sapi dengan Kemasan Plastik PE (Polvethylen) dan Plastik PP (Poly propylen) di Pasar Arengka Kota pekanbaru. Pekanbaru : Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau


















ACARA II
PEMOTONGAN AYAM


I. Tujuan Praktikum
       - Mengetahui cara penyembelihan ayam yang baik, bersih dan sehat sehingga menghasilkan kualitas karkas yang baik.
       - Mengetahui proses penyiapan ayam dari penyembelihan hingga parting

II. Tinjauan Pustaka
A.   Proses Pemotongan Ayam
       Urutan pemotongan ayam sebagai berikut :
       1. Penyembelihan Ayam
            Memenuhi syarat Islam, menjamin produk yang dihasilkan halal., memotong 3 saluran pernafasan, setelah disembelih darah dituntaskan selama 3-5 menit.
       2. Mencabut Bulu
       a.  Pencelupan Air Panas
            Ayam dicelupkan dalam panci air panas (scalding) :
-          Air suhu 52-55o C selama 45 detik untuk ayam umur 5-6 minggu atau berat 1,5-1,7 kg/ekor (boiler).
-          Air suhu 55-60o C selama 45 detik untuk ayam umur 7-8 minggu atau berat 1,8-2,0 kg/ekor.
-          Air suhu 65-80o C selama 90 detik untuk ayam umur untuk ayam kampung dan ayam petelur afkir.
-          Air suhu 62-63o C selama 2 detik atau 50-52o C selam 2,5 menit.
       b.Pencabutan Bulu
            Menggunakan mesin pencabut bulu (picker) atau secara manual dengan tangan.
       c.  Membersihkan Bulu
            Karkas dicelupkan ke air dingin untuk menurunkan suhu dan      membersihkan bulu halus yang tersisa.
       3. Memotong Kepala
            Pisau harus tajam. Ada dua cara pemotongan kepala, yaitu :
            a. Pemotongan tradisional dipasar-pasar, tempat pemotongan kepala ayam 2-3 cm diatas batas antar pungung dan leher.
       b.  Untuk rumah makan dan hotel, membentuk huruf  “V”, tulang leher tinggal dua ruas.
       4. Memotong Kaki
            Pemotongan harus dialasi dengan telenan dan menggunakan pisau yang tajam. Lokasi pemotongan adalah sendi dibawah lutut sehingga hasilnya dari bekas pemotongan seperti angka 8.

       5.  Mengeluarkan Isi Perut
            a. Menyobek Kulit Perut
-   Melintang dari tulang dada dan anus
-   Membujur antara tulang dada dan anus
            b. Mengeluarkan Isi Rongga Perut
-   Aliri air kedalam rongga perut
-   Longgarkan trachea, oesophagus dan pembuluh darah
-   Karkas dipegang dengan tangan kiri, dada karkas menghadap keatas. Jari-jari tangan kanan dimasukkan dengan hati- hati kedalam perut karkas, ampela dijepit diantara telunjuk dan jari tengah, lalu ditarik kuat- kuat
            c. Memisahkan ampela dari usus, hati-hati empedu tidak boleh pecah
            d. Memisahkan hati dan jantung
            e. Menangani limpa dan usus
       6. Mencuci Karkas
Pencucian karkas dilakukan dengan menggunakan air yang bersih dan dilakukan pada tempat yang diatur agar air tidak menggenang.
       7. Parting
Karkas dipotong mejadi beberapa bagian menurut pesanan. Potongan untuk rumah makan atau pasar eceran dibagi menjadi :
a.  2 drum stick (paha bawah)
b.  2 thigh (paha atas)
c.  2 wing (sayap)
d.  2 side breast (dada tulang)
e.  1 centre breast (dada tengah)


B. Keuntungan dan Kerugian Pencabutan Bulu dengan Picker dan Manual
       1. Penggunaan Picker
            (+) Kelebihan à  Bisa melakukan pencabutan bulu dalam skala banyak. Picker kecil : 5 ayam ; picker besar 10 – 15 ayam, mudah dioperasikan, hemat tenaga dan mengehmat waktu.
       (-) Kekurangan à              Merusak kulit karena terbentuk alat, bulu tidak tercabut sempurna terutama di bagian ekor, kepala dan kaki, biaya pengadaan alat mahal, memerlukan tenaga listrik dan diesel.
       2. Manual
            (+) Kelebihan à Bulu bisa tercabut sempurna, tidak merusak kulit, tidak perlu biaya mahal
            (-) kekurangan à Waktu yang dibutuhkan lama karena penanganan dilakukan perhewan, tidak hemat tenaga.

C. Pengertian Karkas Ayam
       Menurut SNI 3924 : 2009
       1. Karkas Ayam
            Merupakan bagian tubuh ayam stelah dilakukan penyembelihan secara halal, pencabutan bulu, pengeluaran jeroan, tanpa kepala, leher, kaki, paru – paru dan atau ginjal, dapat berupa karkas segar, karkas segar dingin dan karkas beku.
       2. Karkas Segar
            Karkas yang diperoleh tidak lebih dari 4 jam setelah proses pemotongan dan tidak mengalami perlakuan lebih lanjut.
       3. Karkas segar dingin
            Karkas segar yang didinginkan setelah proses pemotongan sehingga temperature bagian dalam daging antara 0- 40 C
       4. Karkas Beku
            Karkas segar yang mengalami pembekuan didalam blastfreezer dengan temperature dalam daging min -120 C

       5. Daging Ayam
            Otot skeletal dari karkas ayam yang aman, layak dan lazim dikonsumsi manusia.

D. Klarifikasi karkas Ayam berdasarkan Umur dan Berat Badan
       1. Umur : < 6 minggu à muda / fryer / Broiler
                        6 – 12 minggu à Dewasa / Toaster
                        > 12 minggu à Tua (stew)
       2. Berat :   < 1,0 kg à ukuran kecil
                        1,0 – 1,2 kg à ukuran sedang
                        > 1,3 kg à ukuran besar

E. Karkas Ayam Segar dan Karkas Ayam Tiren
1.    Karkas Ayam segar adalah karkas yang diperoleh tidak lebih dari 4 jam setelah
                        proses pemotongan dan tidak mengalami perlakuan lebih lanjut.
       - Ciri –ciri : - Warna daging terang dan mengkilap (putih) sesuai normalnya daging
                            ayam
       - Konsistensi kenyal dan padat
       - Bau khas daging segar
       - Tidak terdapat gumpalan darah dalam otot
2.    Karkas Ayam Tiren adalah karkas yang diperoleh lebih dari 4 jam setelah kematiannya, yang mati secara tidak halal dan masih mengandung darah dalam bagian karkas ayam tersebut.
       - Ciri-ciri ayam tiren :
-     Daging ayam akan berwarna merah / merah hati, baik dari sisi luar ataupun sisi dalamnya, walaupun dibelah
-     Daging ayam mengeluarkan bau yang tidak enak atau agak amis
-     Penampilan hati pada karkas ayam tiren berwarna coklat hitam (gelap)
-     Karakteristik fisik pada usus karkas ayam dari ayam tiren terdapat banyak darah pada pembuluh kapiler usus
-     Jika menemukan daging yang berwarna biru lebam apalagi di bagian sendi, itu tidak masalah, tandanya waktu pemotongan, ayam mengalami patah tulang.



- Macam – macam Parting Ayam
       1. Parting 2 bagian : Dada dibelah melintang ditengah, dari ujung dada, punggung hingga anus sehingga yang terbagi 2 bagian sama besar
       2. Parting 4 bagian : dipisahkan bagian paha ke bawah dengan bagian dada, kemudian masing – masing bagian tersebut dibagi 2 dengan potongan melintang, sehingga akan terbagi 2 bagian dada dan sayap dan 2 bagian paha atas dan bawah.
       3. Parting 8 bagian : Seperti pada parting 4 bagian tetapi dipisahkan antara sayap dengan dada dan paha atas dengan paha bawah.
       4. Parting 9 bagian : Terdiri dari 2 drumstick (paha bawah) , 2 tight ( paha atas), 2 sayap (wing), 2 tulang dada (side breast) dan 1 dada tengah ( centre breast).


F.  Persyaratan Mutu Fisik Karkas ayam
Faktor Mutu
Tingkatan Mutu
Mutu I
Mutu II
Mutu III
- Konformasi


- Perdagingan
- Perlemakan
- Keutuhan



- Perubahan warna



- Kebersihan


Sempurna


Tebal
Banyak
Utuh



Bebas dari memar dan atau freeze burn


Bebas dari bulu tunas (pin feather)


Ada sedikit kelainan pada tulang paha/dada
Sedang
Banyak
Tulang utuh, kulit sobek sedikit, tetapi tidak pada dada

Ada memar, sedikit tetapi pada bagian dada dan tidak “freeze burn”
Ada bulu tunas sedikit yang menyebar tetapi tidak pada dada
Ada kelainan pada tulang dada/paha

Tipis
Sedikit
Tulang ada yang patah, ujung sayap terlepas, ada kulit sobek didada
Ada memar sedikit, tetapi tidak ada”freeze burn”

Ada bulu tunas





III. Materi Dan Metode
       A. Materi ( Alat dan Bahan )
            - Picker                                                                        - Ayam broiler
            - Pisau tajam                                                    - Air Panas
            - Corong
            - Baskom
            - Alas / nampan potong


       B. Metode
            - Cara Kerja :
                           Ayam disembelih sesuai syariat islam
                                                               ↓
Kepala ayam dipotong 2-3 cm di atas batas antara punggung dan keher ayam, kepala
                                          tidak bolah sampai putus
                                                               ↓
         Setelah mati, dimasukkan ke dalam air panas untuk pencabutan bulu
                                                               ↓
    Masukkan ke dalam air dingin untuk membersihkan bulu-bulu halus yang tersisa
                                                               ↓
Setelah bersih, kaki dipotong di atas telenan, lokasi pemotongan di bawah sendi lutut
                                                               ↓
                      Kulit perut disobek, kemudian isi rongga perut dikeluarkan
                                                               ↓
                           Karkas dan isi  rongga perut tadi dicuci sampai bersih
                                                               ↓
                      Dilakukan parting dengan memotong karkas menjadi 9 bagian


IV. Hasil Praktikum
            A. Pemeriksaan Pramerta
                                    1. Sikap berdiri dan keadaan telapak kaki      : Obesitas
                                    2. Bulu                                                                        : Bagus, normal
                                    3. Sayap dan pangkal lengan                          : Bagus, normal                                               4. Abdomen                                                        : Bagus, normal
                                    5. Lubang – lubang alami :
                                                a. Hidung : normal
                                                b. Mulut : normal
                                                c. Anus : normal




            B. Proses pemotongan
                        1. Teknik Penyembelihan : Secara Islam dengan kepala ayam menghadap ke bawah dalam tempat restrain, kemudian baca basmallha lalu sayat sekali tarik.
            2. Teknik pencabutan bulu : dalam air panas à bulu dicabuti dengan manual à celupkan dengan air dingin
            3. Teknik Pemotongan Kepala : Tradisional, disisakan 2 ruas tulang
            4. Teknik Pengeluaran isi perut : Membujur dalam pemotongan perut
            5. Teknik Pencucian Karkas : dicuci dengan aliran air kran mengalir
            6. Teknik Pemotongan/ Parting : menjadi 9 bagian
C. Pemeriksaan Pascamerta:
            1. Subcutan : folikel kulit normal, tidak ada tumor
            2. Daging : Sehat, warna putih, konsentrasi kenyal.



V. Pembahasan
Untuk pemotongan secara manual proses harus sesuai dengan tata cara islami sehingga harus ada jaminan daging tersebut halal. Pisau yang digunakan tajam supaya tidak menyiksa hewan. Sebelum penyembelihan ayam dilakukan pemeriksaan pramerta mengenai sikap berdiri dan keadaan kaki, sayap dan pangkal lengan, abdomen, lubang-lubang alami tubuh. Dari pemeriksaan fisik, ayam tersebut normal.         Kemudian dilakukan penyembelihan dengan memotong salurn makanan, saluran pernafasan dan pembuluh darah. Pengeluaran darah dikeluarkan sebanyak-banyaknya selama 3-5 menit, kemudian dimasukkan dalam panic panas selama beberapa detik untuk mempermudah pencabutan bulu. Setelah itu dicelupkan dlam panic air dingin untuk menghilangkan atau membersihkan bulu-bulu halus. Karkas diperoleh dengan memotong kepala, kaki (ceker) dan mengeluarkan isi perut. Karkas dicuci dibawah kran sampai bersih. Kemudian dipotong menjadi 9 bagian yaitu:
·       2 Drum stick
·       2 Thigh
·       2 Wing
·       2 Side breast
·       1 Center breast
Usus dibersihkan, hati dan jantung dipisahkan. Pemeriksaan pasca merta dilakukan dengan mengamati sub cutan dagingnya. Dari hasil praktikum disimpulkan bahwa daging ayam tersebut normal dan layak untuk dikonsumsi.


VI. Kesimpulan
       A. Pemotongan Ayam secara manual melalui 7 tahap : penyembelihan, pencabutan bulu, pemotongan kepala, pemotongan kaki, eviserasi, pencucian karkas dan parting.
       B. Pemeriksaan Pramerta menyatakan ayam layak untuk di potong.
       C. Pada pemeriksaan pascamerta Ayam, daging ayam layak dikonsumsi.


VII. Daftar Pustaka
       Abubakar. 2003. Mutu Karkas Ayam Hasil Pemotongan Tradisional dan Penerapan Sistem Hazard Analysis Critical Control Pant. Bogor : Balai Penelitian Ternak
       Budiharto, S. 2009 Penyembelihan Pemeriksaan Pramerta dan Pemeriksaan Pascamerta pada Ternak Potong. Yogyakarta : Game Press
       Sanjaya, A. W; sudarwanto, M, Soejoedono, R; Roso; Purnawarman, T; Lukman, Denny, W, Latif, H. 2007. Higiene Pangan. Bogor : Bagian Kesmavet IPB
       Soeparno. 2009. Ilmu Teknologi Daging. Yogyakarta : Game Press
       SNI. 2009. Mutu Karkas dan Daging Ayam. Jakarta : BSNI
       Suharti, S; Bonawati, A; Hermana, W; Wiryawan,KG. 2008. Komposisi dan Kandungan Kolesterol karkas Ayam Broiler Diare yang diberi Tepung Daun Salam( Syzygiam Polyanthumwight) dalam Ransum Media Peternakan.



                              































ACARA III
RUMAH POTONG HEWAN


I. Tujuan Praktikum
       - Untuk mengetahui fungsi Rumah Potong Hewan
       - Untuk mengetahui bagian – bagian (isi) rumah potong hewan
       - Untuk mengetahui tata cara pemotongan hewan sapi di RPH

II. Tinjauan Pustaka
       A. Pengertian RPH
            Rumah potong hewan adalah kompleks dengan desain dan kontruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienes tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat.
       B. Legalitas RPH
            Peraturan di bidang usaha pemotongan hewan / unggas :
       1. Kep. Men. Tan No 355/1986 tentang syarat : RPH & Usaha pemotongan Hewan
       2. Kep. Men. Tan. No. 555 / 1987 tentang syarat : Rumah potong Unggas & Usaha Pemotongan Unggas
       3. Kep. Men Tan. No 295 / 1989. Tentang Pemotongan Babi serta hasil ikutannya.
       4. Kep. Men. Tan. No 413 / 1992. Tentang Pemotongan hewan potong dan Penanganan daging serta hasil ikutannya.
       5. Kep. Men. Tan. No 306 / 1994. Tentang Pemotongan Unggas dan laying unggas serta hasil ikutannya.
       6. Kep. Dirjen Peternakan No. 254 / 1995 tentang Pedoman pemberian Nomor Kontrol Veteriner (NKV) RPH / DPV dan TPD
       7. SNI 01-6159-1999

       C. Bagian-bagian RPH dan penjelasan
            Suatu RPH mempunyai bagian sebagai berikut yaitu :
1.    Untuk keperluan pemotongan hewan (sapi / kerbau) :
§  Kandang peristirahatan
§  Ruang pemotongan dengan perlengkapan-perlengkapan
§  Katrol dan kait (gantungan kepala, jantung dan paru-paru serta hepar dan
ren)
§  Tempat pembersihan perut
§  Kamar pelayuan
§  Kamar pendingin
§  Parit pembuang kotoran
§  Fasilitas pengolahan limbah
2.      Untuk keperluan pemotongan daging babi harus sangat terpisah dari tempat pemotongan sapi / kerbau dan domba / kambing dalam kompleks RPH :
§  Kandang peristirahatan
§  Pemingsanan elektrik
§  Tanki pendidih air
§  Ruang pemotongan dengan peralatan-peralatan :
v   Bak pelempar hewan
v   Bak air panas  
v   Rak pengerok bulu
v   Katrol dan kait
v   Gantungan kepala, jantung dan paru-paru, hati, ren
v   Kamar pelayuan
v   Kamar pendingin
v   Tempat pembersih isi perut
v   Fasilitas pembuangan limbah
v   Parit pembuangan kotoran
3.      Untuk keperluan pemotongan kambing / domba :
§  Ruang pemotongan hewan
§  Parit pembuangan kotoran
§  Katrol dan kait
§  Tempat untuk penyembelihan
§  Tempat untuk penyimpanan organ dalam
       D. Syarat-syarat RPH
           Komplek bangunan RPH, harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1.      Tanah cukup luas, diperbatasan kota sebelah hilir yang kira-kira tidak akan menjadi daerah perluasan kota.
2.      Sedapat mungkin tidak jauh dari jalan besar, jalan kereta api atau pasar hewan.
3.      Tanahnya lebih rendah dari daerah sekelilingnya.
4.      Tidak jauh dari sungai.
5.      Mudah memperoleh air dari tanah
SCLAHTAL ( Ruang Pemotongan ) harus memenuhi syarat :
o    Luas, tinggi,berudara segar.
o    Lantai kasar, tidak tembus air, mudah dibersikan.
o    Dinding dan tonggak setinggi 2 m dilapisi poslen terang oleh cahaya
       matahari
o    Meja beton mudah dibersihkan
o    Tersedia cukup katrol dan kait
Ruang Pelayuan Daging :
1        Berdampingan dengan ruang pemotongan.
2        Dinding dan lantai kasar.
3        Jarak antara lantai dan ujung kranial karkas cukup.
4        Cahaya matahari dan udara segar harus mudah masuk.
5        Tertutup rapat.
6        Bila tidak menggunakan pendingin harus dilengkapi dengan kipas angin atau
 sistem exhauser.
       E. Tipe-tipe RPH
· Tipe A, dengan syarat :
-      Tenaga pemotong milik pemerintah
-      Laboratorium komplit
-      Produksinya untuk eksport
· Tipe B, dengan syarat :
-      Tenaga pemotong milik jagal sendiri
-      Miliki laboratorium sendiri
-      Produksinya untuk lain propinsi
· Tipe C, dengan syarat :
-      Tenaga pemotong milik pemerintah
-      Tidak memiliki laboratorium
-      Produksinya hanya untuk kotamadya atau kabupaten
· Tipe D, dengan syarat :
-      Tenaga pemotong milik jagal sendiri
-      Tidak memiliki laboratorium
-      Produksinya hanya untuk kecamatan
       F. Perbedaan RPH sapi dan babi
Pada RPH babi harus ada air panas, serta ada alat pemingsan elektrik. Pada sapi tidak perlu ada. RPH sapi berdampingan dengan RPH kambing/ domba, sedangkan kandang babi harus terpisah jauh dari RPH sapi ataupun kambing, pada babi juga terdapat rak pengerok bulu. Bagian dan persyaratan lain antara RPH sapi dan babi pada dasarnya sama
Daerah Kotor
Daerah Bersih
1. Istirahat
2. Pemeriksaan Antemortem
3. Penyembelihan & pengeluarandarah
4. Pemisahan kepala & kaki
5. Pengulitan
6. Pengeluaran Jeroan
Pemeriksaan Post Mortem
Pendinginan
1. Hot carcas
1. Pembekuan
2. Karkas dingin

RPH Babi
Daerah Kotor
Daerah Bersih
1. Istirahat > 12 jam
2. Pemeriksaan Antemortem
3. Pemingsanan, Penyembelihan dan
      pengeluaran darah
4. Perendaman air hangat
5. Pergerakan bulu
6. Pengeluaran jeroan
1. Pemeriksaan Postmortem
2. Pendinginan :
    a. Pembekuan
    b. Karkas dingin

       G. Perlakuan hewan sebelum pemotongan
Setelah sampai di RPH, hewan diistirahatkan dahulu paling sedikit 12jam sebelum pemotongan, untuk mendapatkan daging yang tidak mudah busuk. Hewan dipuasakan, hanya boleh diberi minum saja. Disamping itu, hewan yang dipuasakan bertujuan untuk memperoleh bobot tubuh kosong dan untuk mempermudah proses penyembelihan.


       H. Pemeriksaan antemortem + keputusan
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum hewan dipotong gunanya untuk membedakan hewan yang berpenyakit menular dan sehat. Pemeriksaan ini dilakukan dekat sebelum hewan dipotong. Jika sesudah hewan setelah diperiksa tetapi tidak segera dipotong hingga melampaui 24 jam, maka hewan itu harus diperiksa lagi.
Pemeriksaan ini meliputi :
1        Keadaan umum hewan.
2        Lubang-lubang tubuh hewan.
3        Pernafasan hewan.
4        Temperatur tubuh hewan.
5        Selaput-selaput lendir mulut, dan hidung kulit.
6        Tanda-tanda adanya suntikan hormon.
Pemeriksaan ini dilakukan sewaktu hewan dalam keadaan berdiri dan berjalan, berbelok ke kanan dan kiri. Keseluruhan pemeriksaan harus berjalan cepat agar aliran hewan dari kandang ke ruang pemotongan tidak terhambat.
Keputusan-keputusan pemeriksaan antermortem menurut surat keputusan Mentri Pertanian No.413/Kpts.TN.310/7/92 :
1.      Hewan potong diijinkan dipotong tanpa syarat, apabila dalam pemeriksaan antermortem ternyata hewan potong tersebut sehat.
2.      Hewan potong diijinkan untuk dipotong dengan syarat, apabila dalam pemeriksaan antermortem ternyata bahwa hewan potong tersebut menderita atau menunjukan gejala penyakit :
-     Corysa gangraenosa bovum                         Epithelimia
-     Haemorhagi septicaemia                              Actinomycosis
-     Piroplasmosis                                              Etinobasilosis
-     Surra                                                            Mastitis
-     Influesa equorum                                        Septichemia
-     Arthritis                                                       Cachexia
-     Hernia                                                         Oedema
-     Fraktura                                                       Brucelosis
-     Abces                                                          Tuberculosis


3.      Ditunda untuk dipotong, pada keadaan-keadaan :
a.    Hewan yang lelah
b.    Pemeriksaan belum yakin, bahwa hewan yang bersangkutan adalah sehat oleh karenanya harus selalu dibawah pengawasan dan pemeriksaan.
c.    Hewan potong ditolak untuk disembelih dan kemudian dimusnakan menurut ketentuan yang berlaku di RPH atau tempat potong yang lain. Apabila dalam pemeriksaan antermortem ternyata bahwa hewan potong tersebut menderita atau menunjukan gejala penyakit :
-        Malleus                                                   -  Pespis bovina
-        Anemiacontagionis equorum                  -  Blue tongue akut
-        Rabies                                                     -  Tetanus
-        Pleuropnemonia contagiosa bovum        -  Busung gawat
-        Morbusmaculosus equorum                    -  Mycotoxicosis                             
-        Radang paha gangraena emphysematoma           -  Rinderpest
-        Sacharomicosis akut dan kronis              -  Variola ovine           
-         

       I. Proses pelaksanaan pemotongan hewan
Setelah sampai RPH, hewan potong harus diistirahatkan paling sedikit 12 jam sebelum dipotong, untuk mendapatkan daging yang tidak mudah busuk. Hewan dipuasakan hanya diberi minum. Keadaan ini bermamfaat bagi pengeluaran isi perut. Disamping itu menurut penelitian Sylvania Agricultural Experimen Station hewan yang dipuasakan 24-48 jam sebelum dipotong menunjukan hal-hal sebagai berikut :
1.      Karkas lebih tahan lama.
2.      Pengeluaran darah melimpah.
3.      Lebih muda dikuliti.
4.      Warna karkas lebih terang.
5.      Lagi pula, bila perut penuh akan mudah pecah bila terbanting atau tertusuk.
Hewan bunting sebaiknya tidak dipotong karena adanya toksin-toksin dari sisa metabolisme fetus.

Secara umum, dapat dibedakan dua macam pemotongan :
1.      Dengan pemingsanan
2.      Dengan cara islam
Pemotongan dapat dilakukan dengan pemingsanan atau tanpa pemingsanan terlebih dahulu. Penyembelihan hewan potong dilakukan juru sembelih islam dan menurut tata cara yang sesuai dengan Fatma Majelis Ulama Indonesia antara lain :
1.      Memutuskan jalan nafas.
2.      Memutuskan jalan makanan.
3.      Memutuskan urat nadi.
4.      Membaca basmallah sebelumnya.
       J. Pemeriksaan postmortem + keputusan
Keputusan yang diambil sesudah hewan diperiksa dagingnya (Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 431 / KPTS / TN. 310 / 7 / 1992) yaitu :
1.      Daging yang dapat diedarkan untuk dikonsumsi manuasia, adalah :
-          Daging dari hewan yang tidak menderita suatu penyakit.
-          Daging hewan yang menderita penyakit mastitis, hernia fraktura, abces, epithemia, actinomycosis achynobacilosis, serta penyakit lain yang bersifat local.

2.        Daging dapat diedarkan untuk dikonsumsi dengan syarat hewan penderita :
a.            Trichinelosis ringan    : Dagingnya dimasak
b. Cystiserosis ringan      : Dagingnya dimasak
c.            Morbus aujeksi           : Sterilisasi
d. Bruselosis                   : Dilayukan +/- 24 jam
e. Tubercolosis               : Direbus
3.        Daging dapat diedarkan untuk dikonsumsi dengan syarat selama peredaran yaitu daging yang berwarna, konsistensinya dan bau tidak normal, septichaemia, cahcasia, hidrops dan oedema, yang penjualannya diberlakukan di RPH atau tempat penjualan yang lain yang ditunjukan dan dibawah pengawasan yang berwenang.
4.        Daging dilarang dikonsumsi, jika dagingnya berbahaya bagi manusia berasal dari hewan potong yang mengandung penyakit :
a.            Malleus                                   f. Busung gawat
b. Anemia contagiosa equirom   g. Sekalarang
c.            Rabies                                     h. Botilismus
d. Tetanus                                   i.  Dan lain-lain
e.            Antraks
       K. Cap daging dan komposisi
Daging yang diterima baik tanpa syarat diberi cap, dan daging yang diterima dengan syarat diberi cap setelah syarat-syaratnya dipenuhi. Tinta cap daging tidak boleh beracun, tinta lama dan mudah dikenal. Sebagai contoh formulasi tinta cap daging daerah Kotamadya Yogyakarta :
-          Anilin                25
-          Gliserin            250
-          Alkohol  95%    50
-          Aquadest          675
Anilin dapat diganti dengan methil fiolet bila menghendaki warna violet. Gliserin dapat diganti dengan air gula.
       L. Pemotongan terpaksa (noodslacht) dan bangkai (koudalacht)
Yang dinamakan potongan terpaksa adalah penyembelihan secara mendadak, karena tidak sempat untuk membawa hewan tersebut ke RPH atau menunggu pegawai yang diwajibkan memeriksanya. Hewan itu telah begitu keras penderitannya sehingga orang kuatir akan segera mati atau hewan itu tidak dapat diangkut ke RPH karena kakinya patah.
Hal-hal yang sering mengakibatkan potongan terpaksa adalah patah kaki, patah tulang punggung atau patah tulang lainnya, tidak dapat buang kotoran atau kencing, tidak dapat melahirkan anak, retentio secundinarum disergap oleh binatang buas atau makan racun. Babi yang terlalu gemuk pada waktu pengangkutan dalam kendaraan panas sering sukar bernafas dan segera dipotong.
Sesudah dipotong terpaksa, pekerjaan seterusnya tidak boleh dikerjakan, sebelum pegawai yang diwajibkan datang. Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus diselidiki terlebih dahulu yang jelas apa hewannya itu dipotong tergesa-gesa. Pemeriksaan dagingnya harus dikerjakan dengan sempurna dan teliti, terutama jika belum diketahui apa sebabnya hewan itu disembelih.
Menyembelih bangkai yaitu menyembelih hewan yang telah mati. Pekerjaan ini dikerjakan sebagai tipu musliha untuk memiliki dagingnya. Hal ini mudah dapat diketahui karena semua darah tidak keluar sempurna dari tubuhnya, semua organ mengandung banyak darah : pleura dan peritonium kelihatan nerdarah, juga dagingnya basah dan berdarah : jantung dan pipa-pipa darah yang besar berisi darah kental dibekas penyembelihan tidak kelihatan infiltrasinya darah, hypotanse kelihatan di semua bagian darah.
       M. Pengertian karkas dan daging
           Daging adalah bagian-bagian hewan potong yang disembelih termasuk isi rongga perut dan dad yang lazim dimakan manusia.
           Karkas adalah bagian dari hewan potong yang disembelih setelah kepala dan kaki dipisahkan, dikuliti serta isi rongga perut dan dada dikeluarkan.
N.  Perbedaan karkas sapi dan babi
-     Karkas sapi : bagian sapi yang telah disembelih, di kuliti, tanpa ekor, kaki,dan jeroan
-     Karkas babi: bagian babi yang telah di kerok, tanpa kepala, kaki,ekor dan jeroan.






       O. Parting daging sapi
           
      
P.  Faktor yang mempengaruhi kualitas karkas dan daging
            Kondisi karkas dan daging dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan. Pencemaran mikroorganisme dapat melalui tanah, udara dan air yang mengandung mikroorganisme, kontaminasi mikroorganisme tergantung pada higienitas sejak dipotong, disimpan, dan sleama prosesing. Dan pertumbuhannya sendiri tergantung pada protein dan karbohidrat. Kondisi / kualitas karkas dan daging juga dipengaruhi oleh proses pelayuan daging setelah proses pemotongan.

III. Hasil Praktikum
       - Lokasi : Rumah Potong Hewan Giwangan
No
Pemeriksaan
Keterangan
1
Antemortem
Sapi dapat berdiri tegak, sapi terlibat sedang
2
Proses Pemotongan
Sapi yang sudah direstrain diletakan pada restarining box, posisi rebah rebah lateral, lalu dilakukan pemotongan 3 saluran (saluran makan, saluran, pembuluh darah)
3
Postmortem :
- Kepala
- paru – paru

- Jantung
- Hati
- Ginjsl
- Limpa
- Karkas

Normal
Sehat, tidak ditemukan bercak, back bleeding ada
Sehat, normal
Normal
Normal
Normal
Sehat tidak DFD
4
Lokasi RPH Giwangan
Cukup lengkap ruang dan fasilitasnya hanya saja akses jalan masuk dan keluar sama.






IV. Pembahasan
A. Pemeriksaan Antemortem
       Pemeriksaan antemortem bertujuan untuk memeriksa keadaan hewan dan mencegah pemotongan hewan sakit. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan keadaan gizi, cara nafas,  mukosa hewan, temperature dan kelainan lainnya. Pada pemeriksaan kali ini hanya bisa dilakukan dengan metode inspeksi karena sapi yang akan dipotong terlalu banyak dan kurangnya tenaga kerja di RPH. Hasil inspeksi terlihat sapi betina afkir dengan kondisi tubuh sedang, dapat berdiri tegak, tidak ada kelainan pada ekstremitas sapi, sapi sedikit gemetar yang bisa disebabkan oleh faktor lingkungan yaitu kandang yang becek dan lembab.
B. Proses Pemotongan
       Sapi yang akan dipotong dibawa kekandang jepit menyebabkan sapi lain tidak dapat melihat sapi yang dipotong, kaki sapi diikat ketiang kandang kemudian pintu kandang dibuka, sapi akan jatuh dengan posisi sapi menghadap ke timur dengan kepala diutara. Jagal menghadap kiblat dan menyayat leher satu kali sayatan hingga saluran nafas, makanan dan ndai putus lalu ditunggu hingga darah mengalir sempurna.
       Setelah darah keluar sempurna dan sapi mati. Kepala dipisahkan dari tubuh, kemudian dilaksanankan pemotongan bagian tarsus dan karpal serta ekor. Kemudian sapi dikuliti dan dilanjutkan pengeluaran jeroan. Jeroan merah dan hijau dipisahkan lalu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada ruang masin-masing bagian.
C.  Pemeriksaan Postmortem
       Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui daging layak / tidak untuk diedarkan pada saat setelah pemotongan dan pendistribusian. Pada praktikum kali ini pemeriksaan postmortem dilakukan dengan lumayan lancar, karen karkas harus buru-buru disitribusikan. Pemeriksaan postmortem meliputi pemeriksaan kepala yaitu lidah dan musculus masteternya, apakah ada cisticercus atau tidak, juaga lagi yang ada dikepala kemudian pemriksaan pulmo, diamati ekstensinya ada krepisitasi tidak ada lesi dan tepinya tajam. Kemudian jantung dilihat dan dibelah bagian ventrikelnya dan dilihat ada tidaknya cisticercus dan kelainan lain. Selanjutnya adalah hepar, pada hepar dapat ditemukan lesi-lesi, pengapusan yang bisa disebabkan oleh ivestasi cacing, biasanya juga dapat ditemukan cacing fasciola sp pada ductus biliverusnya. Kemudian limpa dilihat konsistensinya dan tepinya, normalnya konsistensi keras tepi tajam. Ren juga dilihat dari pembungkusnya dan dibelah untuk melihat isinya, warna cortex dan medulla dan kelainan lain. Kemudian karkas juga diperiksa, ada odema/ tidak, perdarahn serta cisticercusnya ada atau tidak, periksa juga kelainan lain seperti fraktura dan luka.
D. RPH Giwangan Yogyakarta
       RPH (Rumah Potong Hewan) Giwangan yang terletak dipinggir kota dan jauh dari pemukiman penduduk. Kontur tanahnya rata dan terdapat aliran sungai ddidekatnya. Bangunan dan bagia-bagiannya telah memenuhi syarat tetapi  karena aktivasi yang padat bagian dalam agak kotor, begitupula kandang peristirahatan RPH Giwangan memilki syarat-sayarat RPH yang baik, sehingga termasuk RPH terbaik diIndonesia. Ruang – ruang dipisahkan dengan tembok tinggi, pintu masuk hewan dan keluar daging berbeda, terdapat ruang oemeriksaan organ yang terpisah anatara sapi dan domba.







V. Kesimpulan
       - Antemortem meliputi keadaan umum, lunang alami, pernafasan, temperatur, selaput lendir, kulit, juga tanda-tanda suntikan hormon.
       - Proses pemotongan : sapi dijatuhkan dengan kandang jepit, dismbelih dengan cara Islam yang memutus 3 saluran ( saluran nafas, saluran makan, pembuluh nadi), dilakukan pria muslim yang  menghadap kiblat dengan pisau yang tajam dan satu kali tebas.
       - Pemeriksaan Postmortem : Pemeriksaan kepala, paru-paru, hati, ginjal, limpa, karkas, dll.

VI. Daftar Pustaka
       Budiharta, S. 2009. Penyembelihan, Pemeriksaan Pramerta dan Pemeriksaan Pascamerta pada ternak potong. Yogyakarta : Gama Press
       Permentan No 20 / Permentan/ 05. 140/2009. Tentang Pemasukan dan Pengawasan Peredaran Karkas, daging, dan atau jeroan dari luar negeri
       Sanjaya, A, W; Sudarwanto, M. Soejoedono,RR; Purnawarman, T; Lukman, Dwi Latif, H. 2007. Higiene Pangan. Bogor : Bagian Kesmavet FKH IPB
       Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta : Gama Press
       SNI. 1999. Rumah Pemotongan Hewan. Jakarta : BSNI
       Burhanudin, R. Studi kelayakan Pendirian Rumah Potong Hewan di Kabupaten Kutai Timur.

       Sanjaya, A, W; Sudarwanto, M; Pribadi, E, S. 1996. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Potong Hewan di Kabupaten Dati II Bogor. Bogor:  Media Veteriner

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel