MAKALAH TEKNOLOGI PAKAN 2016
MAKALAH TEKNOLOGI PAKAN
2016
Pakan merupakan
suatu kebutuhan pokok bagi suatu usaha peternakan, baik itu pada peternakan
ruminansia maupun non ruminansia, seiring dengan bertambahnya populasi manusia,
maka kebutuhan akan produk-produk peternakan seperti daging, susu, dan telur
terus meningkat hal ini harus diimbangi dengan pengelolaan peternakan yang
baik, dewasa ini dunia usaha peternakan dihadapkan kepada ketersediaan pakan
bagi ternak yang tergantung pada musim ataupun ketersediaan bahan baku serta
lahan untuk tanaman pakan yang sangat terbatas karena bersaing dengan lahan
untuk pertanian dan juga hunian bagi manusia.
Berdasarkan
uraian diatas muncul suatu teknologi pakan yang bertujuan untuk mengolah pakan
se-efektif dan efisien mungkin sehingga dapat membantu menyediakan pakan
sepanjang tahun untuk mendukung proses produksi ternak, yang salah satunya
ialah dengan menggunakan cara pengolahan pakan secara kimiawi, yang menggunakan
cara dan bahan kimia untuk membantu mengawetkan serta mengolah pakan bagi
ternak. Maka dari itu kami mengangkat “Pengolahan Pakan Secara Kimiawi” sebagai
judul makalah kami untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi pakan dan juga
untuk menjadi sumbangan bagi kemajuan dunia peternakan Indonesia.
Maksud Dan Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini kami
memiliki maksud dan tujuan adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini
ialah sebagai berikut :
1) Mengetahui pengolahan pakan secara
kimiawi
2) Mengetahui manfaat serta cara pengolahan
secara kimiawi
3) Mengetahui jenis – jenis pengolahan pakan
secara kimiawi
Identifikasi Masalah
Adapun pembatasan masalah pada
makalah yang kami buat ialah sebagai berikut :
1) Apa yang dimaksud dengan pengolahan pakan
secara kimiawi
2) Apa manfaat serta bagaimana cara
pengolahan secara kimiawi
3) Berapa jenis pengolahan pakan secara
kimiawi
TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan Pakan Secara Kimiawi
Pengolahan kimia
merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui penambahan bahan kimia. Pengolahan
kimia dapat dilakukan dengan penambahan alkali, dan penambahan asam. Pengolahan bahan pakan
secara kimiawi dengan menambahkan beberapa bahan kimiawi agar dinding sel
tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga
memudahkan mikroba yang hidup didalam rumen untuk mencernanya. Pada dasarnya
pengolahan pakan memiliki tujuan pokok yakni untuk meningkatkan daya cerna
serta untuk memudahkan penyimpanan pakan, namun terdapat beberapa manfaat dari
pengolahan pakan secara kimiawi seperti :
1. Pengawetan pakan
2. Penyesuaian ukuran dengan
kebutuhan
3. Mengatur kadar air bahan
4. Meningkatkan palatabilitas
5. Meningkatkan/menstabilkan
nilai nutrisi
6. Mengurangi bau, jamur,
salmonella
7. Suplementasi dan proteksi
nutrisi
Penambahan Alkali atau Basa
Perlakuan alkali
menyebabkan suasana basa dengan pH > 7,0 dengan menggunakan bahan kimia
alkali seperti NaOH, KOH, Ca(OH)2,
ammonia anhydrous (gas atau cairan), urea, garam ammonium ataupun bahan lain
(manure ayam, feses, urine, abu gosok). Perlakuan alkali diperlukan pada bahan
pakan limbah pertanian dengan kandungan serat kasar yang tinggi selain adanya
ikatan b-1,4 glycosida juga terjadi lignifikasi dari bagian selulosa yang
menyebabkan sukar dicerna. Terdapat 2 cara perlakuan kimia dengan alkali,
yaitu cara basah dan juga cara kering.
Pengolahan
dengan penambahan alkali mampu meningkatkan koefisien cerna, yang disebabkan
oleh larutnya silikat lignin dan bengkaknya jaringan akibat lepasnya sebagian
ikatan hydrogen diantara molekul selulosa. Terhidrolisisnya ikatan ester pada
gugus asam uronat diantara selulosa dan hemiselulosa yang memudahkan penetrasi
enzim pencernaan. Pengolahan alkali dapat juga dilakukan dengan penambahan
amonia yang digunakan sebagai fungisidal dan bakterisida sehingga dapat
berfungsi sebagai pengawet. Amonia dapat berikatan dengan gugus asetat dari
bahan pakan (jerami) menjadi garam ammonium asetat dan dapat menjadi sumber
nitrogen bagi mikrobia rumen.
Keuntungan dari proses amoniasi :
·
Menambah kandungan protein kasar (ekivalen 3 –
10%) dalam bentuk nitrogen bukan protein (NPN)
·
Meningkatkan jumlah zat makanan tercerna (TDN =
Total Digestible Nutrient sebesar 3 – 23 %)
·
Meningkatkan konsumsi pakan 20 – 27%
·
Mencegah tumbuhnya jamur
·
Tidak ada residu mineral pada produk amoniasi
Penambahan Asam
Perlakuan asam
menyebabkan suasana asam dengan pH < 5,0 dengan menggunakan bahan kimia asam
(asam kuat, atau dengan asam organik). Keuntungan perlakuan asam, yaitu :
·
Meningkatkan kualitas bahan pakan yang rendah
kualitasnya, mampu merenggangkan/memecah ikatan serat kasar dan protein kasar
yang sulit dicerna.
·
Meningkatkan konsumsi pakan konsentrat
berkualitas rendah (meningkat dari 10% menjadi 50%).
·
Meningkatkan potensi kecernaan dinding sel pakan
konsentrat sumber energi.
Kelemahan perlakuan asam adalah :
·
Bahan kimia yang digunakan bersifat
korosif, kadang –kadang bersifat toksik
dan adanya residu mineral
·
Produk yang dihasilkan bersifat asam sehingga
perlu diangin-anginkan sebelum diberikan pada ternak
Penambahan Asam dan Basa Kuat
Pengolahan bahan
pakan dengan penambahan asam dan basa kuat biasa digunakan pada jerami dengan
prinsip menghidrolisis jerami agar daya cerna dari jerami dapat meningkat.
Hidrolisis jerami menggunakan asam kuat dan basa kuat dilakukan dengan tujuan
peningkatan kualitas jerami dengan perlakuan kimia menggunakan asam kuat dan
basa kuat. Penggunaan asam kuat dan basa kuat akan menyebabkan senyawa kompleks bahan pakan yang sulit
dicerna terhidrolisis menjadi komponen yang lebih sederhana.
Pengolahan jerami dengan asam
kuat merupakan pengolahan dengan menggunakan bahan kimia alkali, seperti : HCl, H2SO4, HNO3. Pengolahan alkali dengan
asam kuat menyebabkan kenaikan kecernaan disebabkan :
Ø Larutnya
sebagian silika dan lignin
Bengkaknya
jaringan serat akibat lepasnya sebagian ikatan Hidrogen diantara molekul
glukosa
Terhidrolisanya ikatan ester pada
gugus asam uronat diantara selulosa dan hemiselulosa yang memudahkan enzim
pencernaan yang dihasilkan mikrobia rumen dapat menembus dan mencerna dinding
sel.
Kelemahan penggunaan asam kuat
untuk pengolahan jerami :
Residu asam kuat
bersifat toksik Perlu upaya menetralkan pH sebelum diberikan pada ternak,
Pengolahan jerami dengan basa kuat merupakan pengolahan dengan menggunakan
bahan kimia alkali, seperti : NaOH, KOH.
Pengolahan alkali dengan basa kuat menyebabkan kenaikan kecernaan disebabkan : Larutnya
sebagian silika dan lignin, Bengkaknya jaringan serat akibat lepasnya sebagian
ikata Hidrogen diantara molekul glukosa. Terhidrolisanya ikatan ester pada
gugus asam uronat diantara selulosa dan hemiselulosa yang memudahkan enzim
pencernaan yang dihasilkan mikrobia rumen dapat menembus dan mencerna dinding
sel.
Kelemahan penggunaan basa kuat
untuk pengolahan jerami :
Residu basa kuat
menyebabkan gangguan dalam metabolisme mineral perlu upaya menetralkan pH
sebelum diberikan pada ternak.
PEMBAHASAN
Pembuatan Amoniasi
Amonia yang
dihasilkan pada proses amoniasi menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding
sel yang berperan untuk membebaskan ikatan antara lignin dengan selulosa dan
hemiselulosa. Reaksi kimia yang terjadi (dengan memotong jembatan hidrogen)
rnenyebabkan mengembangnya jaringan dan meningkatkan fleksibilitas dinding sel
hingga memudahkan penetrasi (penerobosan) oleh enzim selulase yang dihasilkan
oleh mikroorganisme.
Tingkat
pemberian amonia yang optimal untuk amoniasi adalah 3 ‑ 5 %
(setara dengan urea 5,3 ‑ 8,8%) dari bahan kering.
Pemberian amonia kurang dari 3% tidak berpengaruh pada kecernaan, jadi hanya
berfungsi sebagai bahan pengawet. Pemberian amonia lebih dari 5% akan terbuang karena bahan tidak mampu
menyerap amonia. Amoniasi dengan urea
dapat meningkatkan daya cerna setelah dilakukan penyimpanan selama 21 hari.
Pada temperatur
diatas 300C proses amoniasi membutuhkan waktu sekitar 3 minggu sedangkan pada
temperatur yang lebih rendah membutuhkan waktu 4‑6 minggu. Temperatur yang paling baik yaitu 600C.
Semakin tinggi temperatur maka proses amoniasi akan berjalan semakin cepat.
Kadar air yang optimal untuk proses amoniasi adalah 30‑50%.
Tahapan amoniasi jerami adalah
sebagai berikut:
1. Pencetakan Jerami
Tujuan
pencetakan adalah , agar mempermudah penyusunan jerami saat dilakukan proses
amoniasi, mempermudah penghitungan jumlah dan timbangan jerami. Masukan jerami-jerami tersebut
kedalam kotak cetakan yang telah di sediakan. Lakukan pemadatan atau
pengepresan terhadap jerami yang berada di dalam kotak cetakan tersebut.
Setelah padat , keluarkan jerami tersebut.
2. Pengikatan
Jerami yang
telah di keluarkan dari kotak cetakan, diikat dengan menggunakan tali rafia
atau tali lain yang tersedia dan cukup kuat.
3. Penimbangan
Jerami yang
telah terikat dalam bentuk kotak/balok ditimbang.
4. Penaburan urea
Cara yang
terbaik dalam penaburan urea adalah dengan cara menaburkannya selapis demi
selapis saat melakukan pencetakan dalam kotak cetakan. Yaitu dengan menghitung
berat rata-rata tiap ikatan balok jerami di kalikan dengan 4-6%.
Jika dosis urea
yang ditaburkan ke dalam jerami terlalu banyak, maka urea tersebut tidak akan
memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada jerami
5. Pembungkusan
Bahan pembungkus
yang digunakan biasanya berupa lembaran plastic.
6. Pengarungan
Ini bertujuan
agar mudah penanganannya, serta melindungi kerusakan plastik pembungkusnya yang
dapat mengakibatkan kebocoran.
7. Penempatan
Karung-karung yang berisi jerami tersebut
harus disimpan di tempat yang teduh dan terhindar dari air hujan.
8. Pembukaan
Jerami amoniasi yang baik ditandai dengan
bau amoniak yang sangat menyengat. Oleh karena itu, jerami amoniasi tersebut
harus dibiarkan di udara terbuka dan di angin-anginkan terlebih dahulu agar bau
amoniak dapat berkurang.
Hidrolisis Jerami (Menggunakan asam kuat dan basa kuat)
Hidrolisis
jerami menggunakan asam kuat dan basa kuat dilakukan dengan tujuan peningkatan
kualitas jerami dengan perlakuan kimia menggunakan asam kuat dan basa kuat.
Penggunaan asam kuat dan basa kuat akan menyebabkan senyawa kompleks bahan pakan yang sulit
dicerna terhidrolisis menjadi komponen yang lebih sederhana. Apabila jerami direndam dalam larutan alkali,
maka ikatan antara lignin dan selulosa dan hemiselulosa dinding sel akan
terhidrolisa sehingga karbohidrat akan lebih tersedia bagi microorganisme dalam
rumen. Perlakuan dengan alkali juga meningkatkan tingkat konsumsi. Alkali lain
yang juga efisiennya adalah kapur ( CaO 60% dan MgO 1.3%).
Cara pengolahan :
Bahan diperkecil ukurannya
Pengukuran kadar air bahan dan
mengusahakan kadar air bahan menjadi 50 % Asam
kuat (2 – 10 % BK bahan) dilarutkan dalam air dan dicampur dengan bahan
selama 3 – 10 menit dalam suatu wadah yang tertutup, kerusakan bahan dapat
terjadi setelah 24 – 48 jam dibuka.
Pembuatan Silase
Silase merupakan
hasil awetan segar hijauan makanan ternak setelah mengalami proses fermentasi
yang disebut “ensilase” dan berlangsung dalam kondisi anaerob. Hijauan
makanan ternak disimpan dalam keadaan segar (KA = 60 -70%) di dalam suatu
tempat yang disebut “silo”.
Pembuatan silase mempercepat
terjadinya kondisi anaerob dan suasana asam dengan proses “ensilase”. Dalam proses ensilase akan dihasilkan asam
laktat yang kemudian akan membuat
kondisi hijauan makanan ternak di dalam silo menjadi bersifat asam dan menjadi
awet. Proses ensilase akan berakhir
setelah suasana menjadi asam (pH kurang dari 4,2).
Silase dapat dibuat dengan
beberapa metode :
Metode Panas (Belanda)
Rumput yang
sudah dipotong-potong ditumpuk di dalam silo, diusahakan selapis demi selapis,
diratakan dan dipadatkan, proses penumpukan dan pemadatan lebih kurang 7
hari. Sebagai penutup digunakan lapisan tanah setebal 50 –
6-0 cm. Bila rumput mulai melayu, maka
lubang akan mengempis dan masuk ke dalam lubang. Pembukaan silase metode ini dilakukan minimal
setelah 4 bulan. Lubang silo bisa berbentuk silindris atau kotak dengan ukuran
2 – 4 meter, dan dalam 2 m.
Metode Dingin (asam)
Pada metode ini diperlukan silo
yang berdinding tembok atau kayu, hijauan harus secepat mungkin dimasukkan
dalam silo. Pengisian dan pemadatan maksimal
1–3 hari. Pemadatan harus dilakukan benar-benar sempurna, lapisan demi
lapisan. Setelah semua bahan masuk, silo
harus ditutup rapat dan bila perlu diberi pemberat. Prinsip metode dingin ini
adalah, dengan diselesaikannya pemasukan bahan dalam waktu singkat dan
pemadatan yang sempurna, maka dalam proses
ensilasenya tidak terjadi panas dan tetap dingin. Untuk mempercepat suasana
asam juga bisa dilakukan dengan penambahan bahan-bahan kimia seperti : asam
fosfat, natrium bisulfat, campuran HCl encer
dll. Banyaknya bahan tambahan
(tetes, tepung jagung) yang ditambahkan dalam pembuatan silase sekitar 2 – 4 %
dari bahan silase (rumput dan atau legum).
Untuk legum bahan aditif bisa lebih banyak 1 – 2 % dibanding
rumput. Untuk aditif dedak halus atau
bekatul, bisa sampai 10 % dari bahan silase.
Metode Finlandia
Pada metode ini
juga dibutuhkan silo yang baik. Hijauan harus secepatnya dimasukkan dan
dipadatkan ke dalam silo. Tiap lapisan
dibasahi dengan HCl BJ 1,17 (33,5%). Banyaknya HCl yang ditambahkan harus dapat
menciptakan suasana asam dengan pH antara 3,5
- 4. Pemakaian HCl sebanyak 1 liter/ 100 kg bahan
silase. Sebelum disiramkan pada rumput
harus diencerkan dengan air sebanyak 6 kali. Bila silo berukuran garis tengah 6
meter, maka selapis timbunan dibutuhkan 300 kg rumput yang harus disiram 18 liter
HCl yang telah diencerkan. Silase yang dibuat dengan cara ini akan bermutu
tinggi dan berbau sedap, sehingga disukai ternak.
Tempat Pembuatan Silase
Tempat pembuatan
silase disebut silo. Silo berasal dari bahasa Yunani “Siro” yang berarti tempat
untuk menyimpan biji-bijian. Silo yang dimaksud disini adalah merupakan tempat
atau wadah untuk membuat silase. Bahan dari silo bervariasi, bisa dari plastik,
drum, bus beton, kayu dan atau semen
permanen. Pembuatan silo dapat dilakukan
secara permanen, semi permanen atau tidak permanen, hal ini tergantung situasi
dan kondisi serta kebutuhan. Menurut letak dan bentuknya, silo dibedakan
menjadi beberapa bentuk :
Stack atau Penc Silo
Silo atau tempat
silase ini berbentuk bulat atau persegi dan terbuat dari bahan yang tidak
permanen, hijauan ditimbun diatas tanah
Tower Silo
Silo model tower
terletak di atas tanah, berbentuk menara, bisa bulat atau persegi, terbuat dari
kayu atau beton dan hijauan ditimbun di dalamnya.
Pit / Trench Silo
Silo ini
berbentuk silinder dan berada di dalam tanah (permukaan sejajar dengan
permukaan tanah), bahan hijuan disimpan di dalam lubang di tanah
Clamp Silo
Silo ini
merupakan bentuk gabungan antara stack
dan pit silo, sehingga letaknya sebagian di dalam tanah dan sebagian muncul di
atas tanah. Sebagian besar silase berada
di atas tanah .
KESIMPULAN
Pengolahan kimia
merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui penambahan bahan kimia. Manfaat
pengolahan hijauan secara kimiawi adalah untuk pengawetan pakan, penyesuaian
ukuran dengan kebutuhan, mengatur kadar air bahan, meningkatkan palatabilitas,
meningkatkan/menstabilkan nilai nutrisi, suplementasi dan proteksi nutrisi, dan
mengurangi bau, jamur, salmonella. Beberapa cara pengolahan hijauan secara
kimiawi adalah penambahan asam, penambahan alkali atau basa, penambahan Asam
dan Basa Kuat. Contohnya pembuatan amoniasi, hidrolisis jerami, dan pembuatan
silase. Silase dapat dibuat dengan beberapa metode, yaitu Metode Panas
(Belanda), Metode Dingin (Asam), dan Metode Finlandia.
Daftar Pustaka
http://suckanaa.blogspot.com/2011/11/amoniasi.html
(Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 19.00 WIB).
http://dunia-budidaya.blogspot.com/2009/04/3-pengawetan-pakan-dengan-cara-amoniasi.html
(Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 19.10 WIB).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/801/1/nevy%20132143320.pdf
(Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 19.10 WIB).
http://www.fp.undip.ac.id/fapetundip/jurusan/nutrisi/laboratorium/labtmt/rip/file/Modul_Kuliah_TPP.doc
(Diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 09.00 WIB).